KGI-MINING KAMI MENGERTI NILAI HIDUP , PENYEDIA DOLOMIT DAN KISRIT GO GREEN

Kamis, 19 April 2018

Pengumpulan buah TBS

Di pt.Koperasi Gading Perkasa Indonesia  kelompok kebun gunung intan (kgi-gunung intan, semua tandan buah segar (TBS) yang telah dipanen dari kebun langsung dikirimkan ke pabrik kelapa sawit (PKS) dalam waktu 24 jam. Dengan demikian, minyak kelapa sawit mentah (CPO) yang dihasilkan dari PKS Perusahaan memiliki . Apa sebenarnya yang terjadi dalam proses ini? Kami menguraikannya berikut ini untuk Anda.
TBS mencapai kematangan optimal pada saat berondolan mulai lepas dari janjang yang telah terbentuk sempurna pada kelapa sawit. Di titik ini, asam lemak bebas (FFA) juga mulai terbentuk seiring memar pada tandan yang terjadi selama proses pemanenan dan pengangkutan. FFA ini menurunkan produktivitas dan kualitas akhir CPO yang dihasilkan di pabrik. Itulah alasan utama mengapa TBS yang telah dipanen harus segera dikirim ke pabrik kelapa sawit (PKS) untuk diolah lebih lanjut dalam waktu 24 jam. Semakin cepat buah dihancurkan dalam proses pengolahan, semakin sedikit FFA yang terbentuk dan sebagai hasilnya semakin baik pula tingkat produktivitas dan mutu CPO.
Pemanen di perkebunan kelapa sawit biasanya mulai bekerja pada pukul 6:30 pagi dan mengakhiri pekerjaan mereka sekitar pukul 13.30. Setiap pemanen harus memanen areal seluas setidaknya empat hektar per hari kerja. Sebagai gambaran, mereka bekerja di area yang memiliki sekitar 16 baris yang per barisnya terdiri dari kurang lebih 33 pohon kelapa sawit. Untuk setiap dua baris, ada tempat pengumpulan hasil (TPH) buah yang telah disiapkan. Pemanen akan menggunakan gerobak sorong untuk membawa hasil TBS yang telah dikutip ke TPH.

Pemberondol di kebun kelapa sawit, mengambil buah jatuh dan memanen TBS dari pohon.
Pemanen mengangkut TBS ke TPH menggunakan gerobak sorong.

Di tempat pengumpulan, TBS dan berondolan kemudian dimuat baik secara langsung ke atas truk maupun ke dalam bak penampung yang kemudian ditarik oleh traktor prime mover. Begitu berat muatan TBS yang dibawa kendaraan pengangkut sudah mencapai bobot angkut optimal yaitu 6-7 ton, truk pun siap untuk mulai menuju PKS. Kendaraan pertama biasanya siap berangkat sekitar pukul 09.00 pagi.

TBS sedang diangkut ke bak penampung yang ditarik oleh traktor atau mobil langsir.
TBS dimuat ke atas truk.

Meskipun di sepanjang perjalanan terdapat jalan beraspal, terkadang supir truk harus menempuh medan berbatu dan jalan yang belum beraspal untuk mencapai tujuannya. Kendati waktu sangat penting, keselamatan merupakan hal yang paling penting. Jika cuacanya buruk, ketinggian beban muatan diturunkan agar kendaraan lebih stabil karena jalan dapat menjadi licin. Pengangkutan TBS terus dilakukan sampai semua janjang yang dipanen hari itu diangkut dari TPH, yang biasanya memerlukan waktu sampai sekitar pukul 19:00.
Pengangkutan TBS bisa memakan waktu dari 30 menit hingga lebih dari tiga jam, tergantung jarak suatu kebun dengan PKS dan kondisi cuaca.

Truk harus melewati berbagai jenis medan sebelum tiba di PKS.

Truk sampai di pabrik dan menurunkan muatan TBS yang kemudian diproses dengan berbagai langkah hingga menghasilkan CPO. PKS mengolah TBS setelah kiriman TBS diterima, dan kiriman terakhir TBS biasanya diterima sekitar pukul 20.00. Mereka menyisihkan kiriman terakhir TBS tersebut untuk diolah pada keesokan harinya.

Produksi dari produk-produk kelapa sawit yang berkualitas dimulai dari pohon kelapa sawit dan terus berlanjut hingga proses produksi. Semakin pendek antara kegiatan pemanenan dan pemrosesannya di pabrik, semakin sedikit kandungan asam lemak bebas yang terbentuk, sehingga produktivitas panen dan mutu CPO yang lebih baik.

Sortir buah di RAM PKS

Grading ( Sortasi Tandan Buah Segar)


Grading adalah suatu kegiatan penyortiran tandan buah segar sebagai salah satu kendali mutu CPO yang akan  dihasilkan baik dari segi kuantitas dan kualitas. Grading menjadi salah satu bagian dalam alur pengolahan TBS menjadi CPO dimana kegiatan grading memilki beberapa fungsi antara lain :

a.       Untuk mengetahui kualitas dari TBS yang masuk ke pabrik dan sebagai laporan balik ke estate (kebun) akan  kualitas dari TBS yang di kirim.
b.    Sebagai salah  satu parameter yang akan mempengaruhi rendemen/OER (oil extrasion rendemen) di pabrik, dan  kualitas minyak yang akan dihasilkan.
c.       Acuan pembayaran TBS ke pihak 3\

Kegiatan grading dilakukan pada stasiun loading ramp dengan penyortiran tandan buah segar sesuai dengan  kriteria dan standar grading yang telah ditentukan. Adapun standart grading buah yang dilakukan antara lain : buah mentah (unripe), buah mengkal (under ripe), buah matang (ripe), buah terlalu  matang (over ripe), tangkai panjang (long stalk), buah-buah abnormal (buah kartasi, buah kurang polinasi, buah sakit), janjang kosong (empty bunch), sampah (dirt) dan brondolan.

Kriteria Sortasi dan standarisasi grading buah :
1.   Buah mentah (unripe) merupakan tandan buah segar kriteria tidak ada fraksi yang membrondol dan biasa nya buah akan berwarna hitam. Persentase standart grading buah mentah (Unripe) 
2.   Buah mengkal (under ripe) adalah Tandan buah dengan kriteria hanya membrondol 25 % dari total tandan buah segar dengan fraksi brondolan < 10 brondolan. Persentase standart grading buah Mengkal (Under Ripe):  <  5 %. 
3.   Buah matang (ripe) adalah Tandan buah dengan kriteria sudah membrondol 2 buah/kg TBS atau > 10 brondolan/ 50 % sudah membrondolan. Standart persentase grading buah matang (Ripe) : 90  %
4.   Buah terlalu  matang (over ripe) adalah tandan buah dengan kriteria buah sudah membrondol lebih dari 75 %, Hal ini dapat terjadi karena adanya keterlambatan pengiriman TBS dari kebun ke PKS (buah restan). Standart persentase grading buah terlalu matang ( Over ripe
5.   Tangkai panjang (long stalk) , kriteria nya tangkai janjangkan harus habis dipotong hingga dekat dengan pangkal buah, dan tangkai yang lulus grading dapat dibuat hutuf  V. Standart persentase grading buah tangkai panjang ( long stalk)    : 0 %.
6.   Buah-buah abnormal  berupa buah kartasi adalah Buah yang berat nya dibawah 2,5 kg/janjang sehinnga tidak produksi karena tingkat persentase minyak yang rendah. Hal ini dapat terjadi karena buah pasir dari TBM yang baru berbuah  lolos dari grading di TPH sehingga terbawa saat angkut. Standart persentase grading buah kartasi maksimal < 2 %
7.   Buah kurang polinasi terjadi karena adanya pemberian pupuk yang tidak merata, iklim yang berubah-ubah, dan factor penyerbukan bunga yang tidak merata pada setiap bunga betina, dengan ciri-ciri  pembentukan brondolan yang tidak merata pada tandan tersebut, hanya sebagian dari tandan saja yang akan menghasilkan buah. Sehingga akan menurunkan tingkat persentase minyak yang akan dihasilkan. Standart persentase grading buah Polinasi maksimal < 2 %.
8.   Buah sakit, dapat terjadi karena adanya jamur marasmius yang hidup pada kulit buah kelapa sawit, yang jika pada tingkat berat akan masuk kedalam daging buah sehingga buah membusuk dan gugur serta jika di panen memiliki kadar asam lemak yang tinggi. Ciri-cirinya brondolan akan ditumbuhi oleh benang-benag jamur. Serta ada juga buah yang ukuran pada setiap tandan nya berbeda 50 % berukuran kecil dan 50% berukuran  besar yang di sebut dengan buah paternokarpi. Serta ada juga buah sudah berwarna matang tetapi tidak dapat membrondol. Standart persentase grading buah sakit maksimal < 1 %. 
9.   Janjang Kosong (Empty Bunch) : 0 %, 
10. Sampah (Dirt) : 0 %, 
11. Brondolan : 12 %.  

Pengangkutan buah ke terminal TBS

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil produksi (buah/bunch) yang tonase per ha dan per tahunnya sangat tinggi dibandingkan dengan tanaman-tanaman lain (dapat mencapai 35 ton TBS/ha/tahun). Oleh karena itu organisasi atau pekerjaan transportasi di perkebunan kelapa sawit adalah salah satu pekerjaan yang terpenting/utama.
Pada umumnya pengangkutan buah menggunakan kendaraan truk (dump truck atau light truck). Namun pada beberapa kasus (terutama kebun di areal gambut) pengangkutan buah ada yang menggunakan lori yang ditarik oleh lokomotif langsung dari blok-blok ke pabrik. Beberapa kebun kendaraan pengangkutan buah disediakan sendiri. Namun ada juga kebun-kebun yang menggunakan kendaraan sewa seluruhnya untuk pengangkutan buah (pengangkutan oleh kontraktor).
Transport buah (Fruit Fresh Bunches = FFB) merupakan mata rantai dari 3 (tiga) mata rantai yang terpenting dan saling mempengaruhi yaitu Panen, Angkut dan Olah atau disingkat PAO, seperti gambar berikut :
Dalam ketiga rangkaian tersebut tidak boleh ada yang tidak sinkron. Pada saat akan panen harus sudah ditaksasi dari jumlah tandan buah segar (TBS)-nya sehingga sudah dapat dihitung kebutuhan angkutannya dan juga sudah dapat memperkirakan pengolahan hari besoknya.
Ada 4 (empat) hal yang menjadi sasaran kelancaran transport FFB yaitu :
– Menjaga agar ALB (Asam Lemak Bebas) produksi harian 2-3%
– Kapasitas atau kelancaran pengolahan di pabrik
– Keamanan TBS di lapangan
– Cost (Rp/Kg TBS) transport yang minimal
2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN TRANSPORT FFB
2.1. ORGANISASI PANEN
 Rotasi panen dijaga antara 6-7 hari, sehingga persentase brondolan terhadap janjang maksimum 7-9%. Hal ini perlu agar jangan terlampau banyak waktu yang dibutuhkan untuk mengangkat brondolan dari TPH ke kendaraan.
 Buah harus diletakkan oleh karyawan potong buah di TPH yang telah ditentukan (bernomor). Interval TPH ialah : tiap 3 (tiga) jalan pikul ada 1 (satu) TPH., seperti contoh pada Ilustrasi Gambar-1.
 Panen dalam setiap hari agar diusahakan terkonsentrasi, jangan terpencar-pencar dari satu mandoran dengan mandoran yang lain. Dan juga arah majunya dari satu ancak ke ancak yang lain diusahakan menurut atau melawan arah putaran jarum jam. Kedua aspek ini perlu dalam rangka efisiensi.
 Harus dihindari adanya potongan-potongan ancak panen di suatu mandoran, artinya diusahakan agar 1 (satu) ancak selesai dipotong dalam 1 (satu) hari.
 Sesudah selesai dipotong satu jalan pikul, karyawan panen harus langsung mengeluarkannya ke TPH. Hal ini perlu agar transport buah sudah dapat dimulai paling lambat jam 08.30 setiap hari. Oleh karena itu, kerani buah harus secepatnya memeriksa dan menerima buah.
 Realisasi tonase buah yang dipanen setiap hari harus hampir sama dengan tonase taksasi buah yang dibuat kemarin sorenya. Hal ini diperlukan untuk penentuan jumlah kendaraan yang akan disediakan.
 Panen hari Minggu sebaiknya dihindari untuk memberi kesempatan waktu untuk reparasi alat-alat transport dan kesempatan istirahat kepada supir dan kenek.
2.2. BENTUK/POLA JALAN DI DALAM KEBUN
 Sedapat mungkin harus diusahakan lurus dan jarak antara pasar buah maksimum ± 300 m (33 pokok).
 Jalan-jalan buntu (tidak tembus) diminimalkan dan sebaiknya tidak ada.
 Di areal berbukit diusahakan jalan dibangun di kaki bukit bukan diatas bukit
2.3. KONDISI/PERAWATAN JALAN
 Faktor utama kelancaran transport ialah kondisi/perawatan jalan. Masih banyak staf lapangan beranggapan bahwa apabila tidak lancar transport FFB maka perlu penambahan alat transport, padahal kapasitas per unit alat transportnya masih jauh dibawah kapasitas standarnya. Penyebab utama dari keadaan tersebut ialah kondisi jalan yang tidak memadai.
Merupakan suatu gejala umum di perkebunan selama ini yaitu Road Greader yang disediakan perusahaan banyak digunakan untuk menarik kendaraan yang amblas oleh karena kerusakan jalan. Sebaiknya pemanfaatan Road Greader yang demikian harus dihindari atau ditiadakan. Road Greader hanya untuk membentuk dan merawat jalan.
 Perawatan jalan dengan batu terutama dengan batu padas sebaiknya diminimalkan, karena batu padas yang menonjol sering merusakkan ban dan gardan kendaraan (truk dan jeep). Juga perawatan jalan yang telah diberi batu padas sering mengalami kesulitan apabila dirawat lagi dengan Road Greader. Salah satu penyebab seringnya terjadi kerusakan Road Greader adalah karena batu padas yang ada di jalan.
2.4. JENIS DAN TIPE ALAT TRANSPORT
Pemilihan jenis atau tipe alat transport yang akan dipakai di suatu perkebunan didasari oleh faktor jarak afdeling/blok dengan pabrik, seperti :
Jarak
Afd/blok-Pabrik
(km) a. Langsung ke pabrik
b.Tidak langsung (stop over di loading ramp Afdeling) Jenis/Tipe
Kendaraan Kapasitas
(ton/hari)
24 Langsung Truck biasa
(kapasitas 7 – 10 ton) Tergantung jarak ke pabrik
2.5. KONDSI/PERAWATAN ALAT-ALAT TRANSPORT
Perawatan alat-alat transport di banyak perusahaan perkebunan masih termasuk titik lemah. Banyak faktor penyebabnya, tetapi salah satu penyebab utama ialah kurangnya pengetahuan teknik dari para staf terutama asisten lapangan.
Aspek-aspek yang kurang mendapat perhatian ialah :
 Lemahnya pengetahuan tehnis karyawan di bengkel
 Kurang disiplin jadwal doorsmer
 Muatan kendaraan (tonase) yang berlebihan
 Pengetahuan tehnis para supir yang minim
 Kondisi pasar yang tidak memadai
 Transport FFB yang sampai larut malam
 Sistim premi transport yang kurang menarik
 Dan lain-lain
2.6. ORGANISASI PENGOPERASIAN ALAT-ALAT TRANSPORT
Perlunya dihayati bahwa penyediaan kendaraan (truk dan wheel tractor) oleh perusahaan di perkebunan kelapa sawit adalah terutama untuk transport buah (FFB) dan kemudian untuk angkutan lain-lain.
Apabila semua pekerjaan dikelola dengan baik dan kebun sudah mapan maka persentase pemakaian kendaraan adalah sebagai berikut :
Angkutan lain (pupuk, karyawan, bibit dan lain-lain) = 20 – 25 %
Angkutan buah (FFB) = 75 – 80 %
Oleh karena itu penentuan jumlah kendaraan per afdeling terutama ditentukan jumlah produksi per hari.
Efisiensi pengoperasian alat-alat transport akan didapat maksimal apabila :
 Setiap hari Kepala Afdeling merencanakan tonase produksi dan angkutan lain-lain untuk besok setiap sore hari. Awas realisasi produksi tidak boleh terlampau jauh menyimpang dari taksasi, maksimal 2 (dua) %. Hal ini penting dalam rangka penentuan jumlah kendaraan oleh mandor transport atau Kepala Transport.
 Angkutan pupuk dan angkutan lain-lain sudah harus selesai paling lambat jam 08.30 sehingga diatas jam 08.30 kendaraan dikonsentrasikan untuk angkat buah.
 Supir dan kenek harus bawa bekal (bontot). Tidak dibenarkan pulang untuk makan dan minum.
 Jadwal “doorsmer” haus benar-benar dilaksanakan. Untuk hal ini harus tetap tersedia 1-2 unit kendaraan untuk menggantikan kendaraan yang sedang menjalani “doorsmer” atau direparasi tersebut. Sebelumnya supir harus mencatat, melaporkan bagian-bagian yang perlu diperbaiki.
 Jangan dibiarkan mentolerir adanya buah restan (tinggal) di lapangan (TPH).
 Kapasitas setiap kendaraan harus semaksimal mungkin. Oleh karena itu apabila TBS dari satu afdeling sudah habis diangkut maka kendaraan harus pindah ke afdeling lain yang terkendala transportasinya.
 Jangan ada pergerakan kendaraan yang tidak efisien.
 Pengisian BBM setiap hari harus sudah selesai jam 06.00 atau sore hari pada hari sebelumnya.
2.7. SISTEM PREMI TRANSPORT
Disusun sedemikian rupa dengan mempertimbangkan :
 Jenis/tipe alat transport
 Jarak dari afdeling/blok ke loading ramp dan pabrik
 Apakah stop over di loading ramp divisi atau tidak.
2.8. KAPASITAS LOADING RAMP DAN KELANCARAN PENGOLAHAN TBS DI PABRIK
Loading ramp dibangun sedemikian rupa sehingga kapasitasnya tidak sampai menyebabkan alat-alat transport menunggu untuk menuangkan TBS, terutama sewaktu ada stagnasi pengolahan di pabrik.
Menurut pengalaman, ada baiknya disediakan loading ramp dan lori dengan kapasitas total dapat menampung minimal produksi 1 (satu) hari. Tetapi penyediaan loading ramp lebih ekonomis dari penyediaan lori (cage) karena investasi dan maintenance cage lebih mahal.
Hal diatas perlu dikemukakan sehingga tidak ada restan buah (TBS) di lapangan dan jangan sampai panen dihentikan sewaktu ada stagnasi pengolahan di pabrik.
3. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENGANGKUTAN BUAH
1. Kapasitas angkut dari truk harus dibatasi yaitu maksimal 5-6 ton/trip (untuk sejenis kendaraan seperti Mitsubishi PS 100 atau PS 120). Demikian juga jadwal tiba kendaraan truk ke lokasi panen dan tiba di pabrik harus diatur sedemikian rupa agar operasional kendaraan optimal dan proses pengolahan di pabrik berjalan lancar.
2. Kendaraan truk harus sudah mulai mengangkut pukul 7.00 pagi dan tandan pertama diharapkan dapat sampai di pabrik pada pukul 9.00 sedangkan tandan terakhir selambat-lambatnya pukul 22.00. Setiap kendaraan truk dilayani oleh 2 atau 3 orang tukang muat bongkar dan 1 orang kerani muat.
3. Tandan diusahakan tidak terbanting dan karung brondolan diletakan disebelah atas. Tandan busuk dan tandan kosong jangan ikut terangkut ke pabrik serta semua brondolan dipastikan dimuat ke dalam kendaraan
4. Di pabrik, karung kosong bekas brondolan dikumpulkan dan dikembalikan ke afdeling yang bersangkutan.
5. TBS yang tercecer (jatuh) di jalan harus dipungut kembali. Apabila diperlukan, TBS di dalam truk memakai jaring (terutama pada saat perjalanan cukup jauh dan melawati jalan negara atau kondisi jalan rusak berat).
4. PERHITUNGAN KEBUTUHAN KENDARAAN PENGANGKUTAN BUAH
Untuk menghitung jumlah kebutuhan kendaraan truk pengangkut buah harus memper-timbangkan produksi buah setahun dan faktor-faktor lain, yaitu :
a. Kondisi jalan dan jembatan
b. Kapasitas truk,
c. Kecepatan kendaraan
d. Jarak lokasi panen
e. Lamanya muat buah di lapangan
f. Lamanya pembongkaran buah di pabrik
Contoh perhitungan :
A. Menentukan lama perjalanan (trip) kendaraan :
Kapasitas angkut kendaraan truk = 5 ton/unit
Lamanya muat buah ke dalam truk = 40 menit
Lamanya bongkar buah di pabrik = 20 menit
Jarak pabrik ke lokasi panen = 20 km
Kecepatan rata-rata kendaraan truk = 40 km/jam
Maka lama perjalanan kendaraan = (40+20 menit)+{(2×20 km)/40 km/jam}
= 120 menit atau 2 jam
B. Menentukan jumlah trip kendaraan :
Hari kerja kendaraan truk per hari = 10 jam
Maka jumlah trip kendaraan truk = 10 jam/2 x 1 trip
= 5 trip/hari
C. Menentukan jumlah buah diangkut :
Kapasitas angkut kendaraan truk = 5 ton/unit
Maka jumlah buah diangkut ke pabrik = 5 ton x 5 trip/hari
= 25 ton/hari/unit
D. Menentukan jumlah pemanen :
Prestasi pemanen per hari (7 jam) = 700 kg/hari atau
= 100 kg/jam
Maka jumlah buah dipanen 2 jam = 100 kg/jam x 2 jam
= 200 kg
Untuk menyediakan 5 ton buah/2 jam = 5.000 kg/200 kg x 1 pemanen
= 25 pemanen
E. Menentukan luas areal dipanen :
Produksi buah per ha per tahun = 20 ton/ha/tahun
Pusingan panen = 5/7 hari (52 pusingan/tahun)
Maka jumlah buah per pusingan = 20.000 kg/52
= 385 kg
Untuk menyediakan 5 ton buah = 5.000 kg/385 kg x 1 ha
= 12,99 ha atau
Untuk 1 hari kerja truk (10 jam) = 5 x 12,99 ha
= 64,95 ha
F. Menentukan jumlah kendaraan truk :
Luas areal panen (TM) = 600 ha
Pusingan panen = 5/7 hari (52 pusingan/tahun)
Maka luas areal panen per hari = 600 ha/5
= 120 ha
Jumlah truk yang diperlukan = 120 ha/64,95 ha/truk
= 1,85 truk
5. PERHITUNGAN PREMI PENGANGKUTAN BUAH
5.1. FORMULASI PERHITUNGAN PREMI
Perhitungan premi pengangkutan buah tergantung pada beberapa faktor yang berpengaruh langsung terhadap pengangkutan, yaitu :
a. Jam kerja
b. Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk 1 trip,
c. Kapasitas angkut kendaraan
d. Nilai upah karyawan
e. Prestasi kerja
Rumusnya sebagai berikut :
Keterangan : P = Jumlah Premi
H = Realisasi Kapasitas per Hari
JK = Jam Kerja
WT = Jumlah Waktu yang Dibutuhkan untuk satu Trip
D = Daya Angkut Kendaraan
JU = Jumlah Upah Regu
PN = Prestasi Normal
NAT = Nilai Angka Traksi
NK = Nilai Kapasitas
C = Faktor Koreksi
Rumus diatas dapat dipakai untuk semua jenis kendaraan dan jenis angkutan umumnya. Penyesuaian dilakukan dengan memakai angka koreksi, oleh karena itu yang perlu diperhatikan adalah :
 Koreksi menurut jenis kendaraan (k)
 Koreksi menurut jenis material yang diangkut (r)
 Koreksi menurut besar kecilnya buah yang diangkut (b)
 Koreksi menurut situasi dan kondisi khusus setempat (t)
Premi pengangkutan digolongkan menjadi 5 (lima) jenis pengangkutan (koreksi nilai r), yaitu :
a. Pengangkutan buah
b. Pengangkutan cangkang, tandan kosong, abu, pupuk, kernel, batu, beras
c. Pengangkutan buah dengan lokomotif
d. Pengangkutan penumpang (manusia)
e. Pengangkutan lain-lain
Pengangkutan buah dibagi menjadi 4 (empat) jenis kendaraan sesuai dengan prestasi normalnya (koreksi k), yaitu :
 Kendaraan Tipping Truck (Dump Truck)
 Kendaraan Fixed Body Truck (Light Truck)
 Kendaraan Tipping Trailer
 Kendaraan Fixed Body Trailer
Tiap-tiap angkut buah, disusun 1 (satu) regu pengangkutan yang terdiri dari :
 Seorang kepala regu yaitu supir kendaraan tersebut
 Seorang kernet juga yang bertugas sebagai pemuat buah
 Dua orang pemuat buah dari afdeling yang bersangkutan
 Kerani muat ditiadakan dan fungsinya dirangkap oleh supir
Dengan formasi tersebut diatas, premi masing-masing anggota adalah sebagai berikut :
a. Masing-masing tukang muat dari afdeling diberikan premi 1/3 x total premi group (= dibulatkan 34%)
b. Kernet diberi premi 34% + 4% (sebagai tambahan penghargaan atas pembersihan kendaraan)
c. Supir mendapat premi :
140% x premi Kernet + premi 2 orang pemuat
= 50%
3
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi minimum untuk semua kendaraan, dengan berbagai ukuran jarak sudah dapat ditentukan, sehingga rumusnya dapat disederhanakan menjadi :
Dimana B = 0,8 PN x JK x D. Seperti dikemukakan diatas masih ada faktor koreksi lain yaitu k, b dan t.
Besar PN pada dasarnya ditentukan oleh WT dan D. Dari hasil pengamatan dapat ditentukan bahwa PN untuk semua jenis kendaraan berbeda menurut jarak, sebagai berikut :
No Jenis Kendaraan Jarak Ditempuh PP (Km) Singkatan PN (Kg)
Normal x 0,8
1. Fixed Body Truck 10 FB-1 4.750 3.800
2. Fixed Body Truck 11-20 FB-2 4.500 3.600
3. Fixed Body Truck 20 FB-3 4.250 3.400
4. Tipping Truck 10 TT-1 5.500 4.400
5. Tipping Truck 11-20 TT-2 5.000 4.000
6. Tipping Truck 20 TT-3 4.500 3.600
7. Tipping Trailer 10 TR-1 5.000 4.000
8. Tipping Trailer 11-20 TR-2 4.500 3.600
9. Tipping Trailer 20 TR-3 4.000 3.200
10. Fixed Body Trailer 10 FT-1 4.000 3.200
11. Fixed Body Trailer 11-20 FT-2 3.650 2.900
12. Fixed Body Trailer 20 FT-3 3.400 2.700
Untuk memudahkan perhitungan, kemudian disusun koreksi nilai k dengan dasar FB-1 = 1
Jenis & Jarak FB1 FB2 FB3 TT1 TT2 TT3 TR1 TR2 TR3 FT1 FT2 FT3
K 1,00 1,05 1,10 0,86 0,95 1,05 0,95 1,05 1,18 1,20 1,30 1,40
Besar kecilnya buah mempengaruhi PN dan WT. Tandan yang kecil ( 5 kg). Untuk itu diberi faktor koreksi (b) sebesar 1,25 (angka ini merupakan angka pengamatan).
Setiap kebun mempunyai kondisi jalan, topografi, kondisi kendaraan dan lain-lain yang berbeda. Oleh karena itu agar karyawan jangan dirugikan, maka perlu faktor koreksi (t). Angka koreksi ini dapat berkisar antara 0,9 – 1,1. Angka koreksi ini diajukan tiap tahun oleh kebun kepada direktur operasi untuk disyahkan atau mendapat persetujuan.
Untuk lebih memotivasi karyawan agar bekerja lebih baik, maka perlu diberi tambahan penghargaan khususnya bagi yang prestasinya semakin meningkat. Penghargaan ini disebut Nilai Kapasitas (NK). Jadi nilainya akan berbeda untuk setiap kapasitas angkut yang berbeda atau semakin besar hasil yang dapat dicapai maka nilai per satuan akan semakin besar pula.
Setiap kendaraan ditentukan batas prestasi yang diberi penghargaan optimal. Apabila kendaraan tersebut dapat mengangkut lebih banyak dari batas tersebut maka kendaraan diberi penghargaan tambahan. Pemberian tambahan penghargaan (NK) tersebut ditetapkan berdasarkan konsensus yang diatur sebagai berikut :
NILAI KAPASITAS (NK)
Presentasi Kapasitas Terhadap PN (JJ) Nilai Kapasitas (NK)
80 – 100 1,00
101 – 125 1,05
125 – 150 1,10
151 – 175 1,15
176 – 200 1,20
201 – 250 1,17
251 – 300 1,12
301 – 350 1,04
>350 1,00
Dengan menggabungkan tabel k dan tabel NK maka dapat disusun k x NK untuk semua kendaraan seperti daftar berikut :
K A P A S I T A S
JENIS NK 80-100 101-125 125-150 151-175 176-200 201-300 251-300 301-350 > 350
KND F 1,00 1,05 1,10 1,15 1,20 1,17 1,12 1,04 1,00
FB1 1.00 1.00 1.05 1.10 1.15 1.20 1.17 1.12 1.04 1.05
FB2 1.05 1.05 1.10 1.15 1.20 1.26 1.22 1.17 1.09 1.05
FB3 1.10 1.10 1.15 1.21 1.26 1.32 1.28 1.23 1.14 1.10
TT1 0.86 0.86 0.90 0.94 0.98 1.03 1.00 0.96 0.89 0.86
TT2 0.95 0.95 0.99 1.04 1.09 1.14 1.11 1.06 1.98 1.95
TT3 1.05 1.05 1.10 1.15 1.20 1.26 1.22 1.17 1.09 1.05
TR1 0.95 0.95 0.99 1.04 1.09 1.14 1.11 1.06 0.98 0.95
TR2 1.05 1.05 1.10 1.15 1.20 1.26 1.22 1.17 1.09 1.05
TR3 1.18 1.18 1.23 1.29 1.35 1.41 1.38 1.32 1.22 1.18
FT1 1.20 1.20 1.26 1.32 1.38 1.44 1.40 1.34 1.24 1.20
FT2 1.30 1.30 1.36 1.43 1.49 1.56 1.52 1.45 1.35 1.30
FT3 1.40 1.40 1.47 1.54 1.61 1.68 1.63 1.56 1.45 1.40
5.2. PERATURAN PELAKSANAAN MASING-MASING JENIS KENDARAAN
A. Syarat-Syarat Kerja
Nilai Tandan Diangkat (NTT)
 Tandan afkir tidak boleh diangkat
 Tandan busuk harus ditinggalkan dengan hanya mengambil brondolannya saja
 Tandan jatuh harus diangkut kembali
 Brondolan di TPH harus diangkut bersih
 Brondolan dibersihkan sebelum diangkut
Nilai Kendaraan Pengangkutan (NKT)
 Kebersihan kendaraan
 Stagnasi kendaraan
 Ketepatan waktu operasi
B. Cara Pemeriksaan NAT
Setiap kendaraan paling sedikit 4 kali per bulan diperiksa kelayakan operasi oleh mekanik
C. Nilai Pemeriksaan
Apabila nilai NTT dan NKT sudah diketahui, maka NAT dihitung dengan mengambil rata-rata kedua angka tersebut, sebagai berikut :
Contoh Soal :
Satu kendaraan FB-1 dalam satu hari bekerja dengan FB-2 hasilnya 8 ton dan dengan kendaraan FB-3 hasilnya 7 ton, dimana 3 ton diantaranya dari tanaman muda (tandan 5 kg). Afdeling tempat bekerja dengan t = 0,95.
NAT = 98%
Upah supir = Rp 750,- per hari
Upah KHUM = Rp 659,- hari
Perhitungan premi sebagai berikut :
8 2.700
P1 = [8.000 – {—— x 3 x 3.800}] x 1,10 x 0,95 x 1,00 x ——– x 0,98
15 3.400
= [8.000 – 6.080] x 1,10 x 0,95 x 1 x 0,71 x 0,98
= Rp 1.382,-
4 2.700
P2 = [4.000 – {—— x 3 x 3.400}] x 1,21 x 0,95 x 1,00 x ——– x 0,98
15 3.800
= [4.000 – 2.720] x 1,21 x 0,95 x 1 x 0,71 x 0,98
= Rp 1.126,-
4 2.700
P3 = [3.000 – {—— x 3 x 3.400}] x 1,21 x 0,95 x 1,25 x ——– x 0,98
15 3.800
= [3.000 – 2.720] x 1,21 x 0,95 x 1,25 x 0,71 x 0,98
= Rp 1.056,-
P = P1 + P2 + P3
= Rp 3.564,-
34
Premi tukang muat = —— x Rp 3.564,-
156
= Rp 777,-
38
Premi kernet truk = —— x Rp 3.564,-
156
= Rp 868,-
50
Premi supir truk = —— x Rp 3.564,-
156
= Rp 1.142,-
Premi pengangkutan brondolan kelapa sawit dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Atau : 2 x harga angkut TBS
Keterangan : P = Jumlah group
H = Hasil per hari group
B = Basis premi group
k = Sesuai tabel berdasar jenis kendaraan dan jarak
b = Angka koreksi muat berdasarkan besar kecilnya buah
t = Angka koreksi kondisi, topografi, jalan
JU = Jumlah upah sehari group
PN = Prestasi kapasitas
NAT = Nilai Angka Traksi
NILAI PEMERIKSAAN (NAT)
KATAGORI NILAI MACAM KESALAHAN VOLUME KESALAHAN DENDA YANG DIBERIKAN
1. NILAI TANDAN DIANGKUT 1. BUAH AFKIR 0 TANDAN 0 %
1 TANDAN 1 %
2 TANDAN 3 %
3 TANDAN 6 %
4 TANDAN 10 %
2. BUAH BUSUK 0 TANDAN 0 %
1 TANDAN 1 %
2 TANDAN 3 %
3 TANDAN 6 %
4 TANDAN 10 %
3. TANDAN JATUH 0 TANDAN 0 %
1 TANDAN 1 %
2 TANDAN 3 %
3 TANDAN 6 %
4 TANDAN 10 %
4. RATA-RATA BRONDOLAN TINGGAL DI TPH 0 – 3 0 %
1 – 10 1 %
11 – 20 3 %
21 – 30 6 %
> 30 10 %
5. KEBERSIHAN BRONDOLAN BAIK 0 %
SEDANG 1 %
JELEK 3 %
II. NILAI KENDARAAN PENGANGKUT (NKT) 6. KEBERSIHAN KENDARAAN BAIK 0 %
SEDANG 1 %
JELEK 3 %
7. KETERLAMBATAN OPERASI DI AFDELING 0 – 15 menit 0 %
16 – 30 menit 1 %
> 30 menit 3 %
8. STAGNASI KENDARAAN 10 % 0 %
10 – 25 % 1 %
> 25 % 3 %

Pemisahan TBS menurut komidel Komposisi TBS


PANEN KELAPA SAWIT

1. Pengrtian Panen
Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai criteria matang panen, mengumpulkan dan mengutipbrondolan serta menyusun tandan di tempat pengumpulan hasil (TPH).
Tujuan panen adalah untuk memanen seluruh buah yang sudah matang panen dengan mutu yang baik secara konsisten sehingga potensi produksi minyak dan inti sawit maksimal dengan dicapai. Oleh karena itu, bila terjadi ada buah matang yang tidak terpanen, mutu buah yang tidak sesuai dengan criteria matang panen dengan buah yang dipanen tidak dapat segera dikirim kepabrik, agar segera dicari solusinya.
Manajemen kebun bertugas untuk memanen semua buah matang yang ada dan mengirimnya ke pabrik pada saat kualitas buah optimum untuk mendapatkan kualitas minyak dan inti sawit yang maksimum. Buah yang dipanen hari ini harus sampai di pabrik hari ini juga.

2. Sistim Panen
 2.1 Kriteria Matang Panen
Kriteria matang panen adalah persyaratan kondisi tandan yan ditetapkan untuk dipanen. Kriteria matang panen TBS yaitu 5 Brondolan segar per tandan di piringan.
Brondolan di piringan yang kecil ukurannya (partenocarp), brondolan kering atau yang sakit tidak bisa dijadikan dasar sebagai kriteria matang panen. Halini didasarkan pada pertimbangan:
 Rendemen minyak sawit dan rendemen inti sawit serta perolehan total minyak dan inti sawit.
 Kehilangan brondolan di lapangan karena diambil atau dicuri serta tidak terkutip (di gawangan dan terutama di piringan) dapat diminimalkan.
 Kemudahan bagi pemanen dalam mengutip brondolan sehingga yang tidak terkutip dapat ditekan seminimal mungkin.
Bila dipokok dijumpai tandan yang membrondol < 5 butir tandan belum dipanen. Dengan tidak memanen tandan yang berondolannya < 5 butir di piringan secara konsekwen maka komposisi kemantangan buah yang dipanen sampai ke PKS ( Pabrik Kelapa Sawit) akan sangat baik. Demikian juga mengenai jumlah pelepah dipokok dapat dipertahankan 48-56 helai karena pelepah baru di turunkan setelah tandan matang. Kondisi seperti ini dalam jangka panjang sangat berpengaruh terhadap produksi.



2.2 Komposisi TBS
Komposisi (%) kematangan TBS yang ideal untuk diolah di pabrik :
Fraksi
Komposisi (%)
Kematangan
00
0
Tidak dibenarkan
0
0
Tidak dibenarkan
1
15
Kurang ideal
2, 3, 4
80
Ideal
5
5
Tidak ideal
6
0
Tidak dibenarkan
Brondolan
12,5
Ideal <15,5 % terhadap berat
Kotoran
0,1
Tidak dibenarkan >0,1 %
Tabel : Komposisi TBS yang ideal untuk diolah
2.3 Rotasi Panen
Rotasi panen di kebun diatur dan disesuaikan dengan hari kerja pabrik. Rotasi panen kelapa sawit secara umum adalah:
- Pusingan 5/7 :5 hari memanen dengan rotasi 7 hari (Senin – Jum’at)
- Pusingan 6/7 :6 hari memanen dengan rotasi 7 hari (Senin – Sabtu) biasanya hanya dilakukan waktu musim panen puncak.

3. Organisasi Panen
3.1 Struktur Organisasi
Skema Organisasi Panen Di Kebun.
Manajer

KD Tanaman

Asisten Afdeling

Mandor 1

Mando Panen + P2B

Mandor Panen + P2B

Mandor Pemeliharan

Mandor Pemeliharn

Pemanen
15 – 20 Orang

Pemanen
15 – 20 Orang

3.2 Tanggung Jawab
Setiap masing – masing petugas memiliki tanggung jawabnya sendiri mulai dari pemanen sampai manejer.
Adapun tanggung jawab petugas terkait dengan panen, yaitu:
3.2.1 Pemanen
 Kebersihan panen dan pengutipan brondolan
 Mutu buah panen
 Susunan cabang / pelepah
 Tangakai cangkem kodok karena dapat menghindari losis minyak di pabrik
 Buah dipanen dikumpul di TPH
 Hindarkan cabang sengkeleh, terkena egrek
 Menomori setiap tandan
3.2.2 Tukang Muat
 Buah F00 / F0 yang tidak bernomor
 Kebersihan brondolan di TPH
3.2.3 Sopir
 Buah sampai di pabrik
3.2.4 P2B (Petugas Pemeriksa Buah)
 Mutu buah panen di TPH bila F00, F0 dicross dan TBS bagus diceklis
 Kebersihan brondolan di TPH setelah buah diangkut
 Tangkai panjang / cangkem kodok
 Buah tidak bernomor
 Membuat laporan mutu dan jumlah buah
3.2.5 Mandor Panen
 Menghitung kerapatan panen untuk membuat rencana panen besok harinya.
 Kebersihan panen dan pengutipan brondolan dipiringan / gawangan
 Susunan cabang / pelepah
 Buah dipanen tidak dikumpul di TPH
 Cabang sengkleh terkena egrek
 Membuat laporan panen harian (PB24)
 Melaporkan situasi umum kondisi blok yang dipanen
3.2.6 Mandor 1, Asisten Tanaman dan Kepala Dinas (KD)Tanaman
 Mutu buah panen di TPH
 Tangkai cangkem kodok
 Kebersihan panen dan pengutipan brondolan dipiringan
 Susunan cabang / pelepah
 Buah dipanen tidak dikumpul di TPH
 Cabang sengkleh terkena egrek
 Mempersiapkan kendaran angkut sesuai kebutuhan
 Membuat evaluasi dan rencana panen di afdeling
3.2.7 Manejer
 Konsistensi pelaksanaan panen
 Sortasi di loading ramp (sebagai cross check pelaksanaan panen)
 Evaluasi pelaksanaan sistim panen

4. Pengaturan Panen
4.1 Pembagian Kapveld
Kapveld yaitu luas areal panen harian. Luas afdeling dibagi 5 atau 6 kapveld dalam I minggu (7 hari), maka pusingan setiap kapveld 7 hari.
Contoh :
Luas afdeling = 800 ha (50 blok@16 ha) seluruhnya TM.
Hari kerja panen Senin – Kamis @ 7 jam = 28 jam
Jum’at = 5 jam
Jumlah = 33 jam / minggu
Pembagian kapveld I-IV = 7hari/33jam x 50 blok atau 11 blok.
(untuk hari Senin – Kamis @170 Ha atau 11 blok / hari sedangkan pada hari Jum’at panen hari pendek hanya 6 blok)

4.2 Hancak Panen
Hancak panen adalah luas areal yang menjadi tanggung jawab setiap panen / harinya.
Hancak panen terdiri dari : 

4.2.1 Hancak Tetap
Hancak tetap pada sistim ini pemanen dan areal panen tetap. Cara penentuan luas hancak seorang pemanen didasarkan pada :
1. Kerapatan buah matang
2. Kapasistas pemanen
3. Topografi areal
4. Ketinggian pohon
Contoh : Blok 9B = 16 Ha , ADA 50 baris, jadi pemanen ke I memanen baris 1-10, pemanen ke II memanen baris 11-20, pemanen ke III memanen baris 21-30, dst
Luas maksimal hancak seorang pemanen adalah 2,5 Ha.

4.2.2 Hancak Giring
Hancak panen yang biasa digunakan adalah hancak giring. Dengan hancak tetap mandor panen mudah membagi hancak yaitu dengan membagi habis areal yang akan dipanen dengan jumlah pemanen yang disediakan.
Tetapi mandor panen akan melakukan pengawasanareal yang cukup luas karena kegiatan panen serentak berjalan diseluruh areal yang akan dipanen. Bila panen dilakukan dengan hancak giring panen bisa diselesaikan blok per blok, karena hancak pemanen diberikan dengan 2 atau 2 kali pindah. Dengan demikian areal yang di awasi mandor lebih kecil dibandingkan dengan hancak tetap.

4.3 Kebutuhan Tenaga Panen
Tenaga panen jumlahnya harus disiapkan berdasarkan kebutuhan pada panen puncak. Untuk mengitung jumlah pemanen yang dibutuhkan pada panen besok hari. Mandor panen harus melakukan pengamatan kerapatan buah matang di blok yang akan dipanen pada hari sebelumnya(1 hari sebelum panen dan biasanya dilakukan pada sore hari pada saat mandor panen pulang kerja dinas).
Berdasarkan jumlah tandan matang yang akan dipanen dan kapasistas pemanen, maka pada pagi hari mandor panen sudah dapat menentukan jumlah pemanen untuk panen hari ini.
Contoh : Bila produksi TBS di suatu afdeling yang luasnya 1000 ha adalah 21000 ton per tahun, maka tenaga panen yang harus disediakan adalah 10-12% x 21000/1,5/22 = 63-76 pemanen (panen puncak 12%, kapasitas 1500 kg, hari panen 22).
Pada bulan-bulan biasa penyebaran 8%, kapasistas 1.250 kg, maka tenaga yangdigunakan panen= 8% x 21000/22/1,25 = 61 orang. Dengan jumlah tenaga penen 61 orang maka mandor panen dibutuhkan 3 orang (1 mandor panen membawahi 15-20 pemanen).

4.4 Alat – Alat Panen
Semua kebutuhan alat panen disediakan perusahan kecuali untuk pemanen tenaga pemborong.
Alat- alat panen terdiri dari :
1. Alat chisel (dodos dengan lebar 8cm) di areal tanaman muda (3-5 tahun)
2. Kampak
3. Egrek
4. Aloy stick
5. Tali
6. Gancu
7. Kereta sorong (sepeda)
8. Goni

4.5 Cara Panen
1. Tandan yang telah memenuhi kriteria matang panen dipotong.
2. Pelepah di bawah tandan yang dipanen dipotong mepet (untuk tanaman dewasa) sedangkan pada tanaman muda (3-5 tahun) pelepah tidak dipotong karena yang dipotong hanya buah saja.
3. Pelepah dipotong menjadi 2 bagian dan disusun di gawangan mati (di areal rata), sedangkan di areal bergelombang, pelepah tidak dipotong dan disusun disekitar tanaman sejajar dengan arah teresan / pasar panen agar berfungsi sebagai penahan erosi.
4. TBS disusun ditempat pengumpulan hasil sedangkan brondolan yang dipiringan dikutip bersih dan dimasukan tersendiri dalam karung goni untuk di bawa ke tempat pengumpulan brondolan.
5. Gagang TBS dibentuk cangkem kodok dan diberi nomor pemanen.
6. Tandan buah segar disusun 5-10 tandan per-baris.

5. Pengangkutan TBS
Tandan buah segar yang dipanen harus diangkut dan sampai ke pabrik kelapa sawit pada hari itu juga. Upayakan pengangkutan buah dapat selesai sore hari sebelum malam tiba. Pengangkutan pada malam hari, selain menyulitkan sortasi buah di loading ramp. Dan hindarkan terjadinya buah restan dengan pertimbangan :
1. Buah restan mengakibatkan kenaikan asam lemak bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan.
2. Buah restan menimbulkan kerawanan terhadap pencurian TBS.
Pengangkutan buah dapat dilakukan dengan kendaraan sendiri atau pemborong. Kebutuhan kendaran angkut buah setiap hari dihitung berdasarkan estimasi produksi yang sudah diketahui pada sore hari (sehari sebelum panen) dan realisasi pengangkutan pada hari sebelumnya. Dan fluaktuasi produksi harian biasanya tidak jauh berbeda.

6. Denda ( Sanksi Panen)
Kriterian penilaian :
Kriteria
Ketentuan
Pemeriksaan di TPH oleh P2B
1. Buah afkir (F00)
Tidak ada
2. Buah mentah (F0)
Tidak ada
3. Kebersihan brondolan di TPH
Bersih
4. Tangkai tandan tidak cangkem kodok
Harus cangkem kodok
Pemeriksaan di lapangan oleh Mandor panen
1. Buah matang tidak dipanen
Tidak ada
2. Kebersihan brondolan dipiringan / gawangan
Bersih
3. Buah dipanen tidak di bawa ke TPH
Tidak ada
4. Pelepah sengkleh terkena egrek
Tidak ada
Denda dilakukan untuk menjaga konsisten mutu panen sesuai kriteria. Dan perhintungan denda dilakukan setiap hari panen.
A. Penilaian denda di lapangan (ancak panen)
Brondolan tinggal di piringan / pasar pikul Rp. 25 / butir
Buah matang tinggal di pokok Rp. 100 / Kg
Buah tinggal di piringan / gawangan Rp. 100 / Kg
Pelepah sengkleh kena egrek Rp. 300 / Pkk
 Susunan pelepah tidak di gawangan mati Rp. 300 / Pkk
B. Penilaian denda di TPH
F00 (buah afkir) Rp. 200 / Kg
 F0 (buah mentah) Rp. 100 / Kg
 Gagang tidak cangkem kodok Rp. 100 / Kg
Pemeriksaan Oleh
Yang Didenda
Besarnya Denda
P2B dan Mandor Panen
- Pemanen
100%
Mandor I
- Pemanen
- P2B
- Mandor Panen
100%
50%
50%
Asisten Afdeling
- Pemanen
- P2B
- Mandor Panen
- Mandor I
100%
50%
50%
25%
Kepala Dinas Tanaman
- Pemanen
- P2B
- Mandor Panen
- Mandor I
- Asisten Afdeling
100%
50%
50%
25%
10%
Manejer Unit
- Pemanen
- P2B
- Mandor Panen
- Mandor I
- Asisten Afdeling
- KD Tanaman
100%
50%
50%
25%
10%
5%
Pemeriksaan di Loading Ramp
- Jika buah fraksi F00 dan F0 tidak diberi tanda cross
- P2B
- Pemanen
- Mandor I
- Asisten Afdeling
100%
50%
10%
5%
Tabel : Ketentuan Besarnya Denda Panen
Catatan: nilai denda/Kg TBS untuk setiap kesalahan ditentukan tersendiri.

7. Premi Panen dan Brondolan
Premi panen dan brondolan diberikan terpisah dengan nilai premi per-Kg yang berbeda. Pemberian premi panen bertujuan untuk meningkatkan pendapatan karyawan dan lebih memotivasi pemanen / petugas yang terkait dengan panen agar seluruh buah matang di lapangan terpanen. Sedangkan premi brondolan diberikan bertujuan untuk lebih memotivasi penguitpan brondolan dan meminimalisasi kehilangan brodolan di lapangan.
Premi panen diberikan secara perorangan dan ditentukan berdasarkan kapasistas, tahun tanam yang berkaitan deng produktivitas dan topografi. Semakin rndah produktivitas, semakin rendah basis borong dan semakin berbukit / curam topografinya semakin mahal premi panennya. Premi brondolan diberikan premi tersendiri dengan tarif ± 2,5 kali lipat premi TBS sesuai dengan berat brondolan yang dikumpulkan oleh masing-masing pemanen. Brondolan harus dalam keadaan bersih dari segala macam kotoran (sampah, tangakai tandan, batu dll). Dan berat brondolan tidak termasuk dalam berat TBS.
Premi dan denda panen per-orang dihitung dan dibukukan setiap hari oleh Krani Produksi di Afdeling. Kepada karyawan pelaksana yang sudah mendapatkan premi, tidak dibenarkan mendapat lembur.
P = {(K – BB) NP} – D
Rumus Premi Panen TBS :
P : Premi (Rp)
K : Kapasistas panen (Kg)
BB : Basis Borong (Kg)
NP : Nilia Premi (Rp/Kg TBS)
D : Denda
Pb = Kb x NPb
Rumus Premi Brondolan :
Pb : Premi Brondolan (Rp)
Kb : Kapasistas (Jumlah Brondolan yang dikumpulkan dalam Kg)
NPb : Nilai Premi Brondolan (Rp/Kg brondolan)

8. Premi Pengawas
Besarnya premi pengawas ditentukan berdasarkan ”capaian produksi dari pemanen yang menjadi bawahannya dikalikan dengan nilai tarif premi yang telah ditetapkan”. Kepada petugas pengawas panen, baik karyawan Pimpinan maupun karyawan pelaksana yang tidak bekerja / berhalangan karena cuti atau keperluan lain , tidak diberikan premi.
C Tarif Premi Mandor Panen
Premi Panen (TBS) rata = Rp 150/ Kg TBS
Premi Brondolan rata = Rp 300 / Kg Brondolan
C Tarif Premi Mandor I
Premi Panen (TBS) rata = Rp 110/ Kg TBS
Premi Brondolan rata = Rp 300 / Kg Brondolan
C Premi Kerani Afdeling = Rp 0,80 x Jumlah Premi Mandor I
C Tarif Premi Krani Panen = Rp 0,72 x Jumlah Premi Mandor I
C Tarif Premi Petugas Pemeriksa Buah = Rp 0,80 x Premi Mandor Panen yang
diikutinya.
C Tarif Premi Pengumpul Brondolan = Rp 300 x Premi Mandor panen yang
diikutinya.
C Tarif Premi Pengawas Karyawan Pimpinan
Premi pengawas karyawan pimpinan hanya diberikan kepada Asisten Afdeling, apabila capaian produksi > RKAP setiap bulannya.
Asisten Afdeling = Jumlah produksi x nilai premi / Kg TBS
Catatan: nilai premi/Kg TBS dapat ditentukan tersendiri.

 Sumber : http://diemaspoenya.blog.com/2009/10/03/panen/


 
Powered by Blogger